My First Mac
I work and play a lot on Microsoft Windows products line and Linux OS Based distribution such as Debian, Ubuntu, Centos, etc.
I have no idea why I was decided to take a MacBook to be my portable computer. Well, at least I know what a real mac can do rather than installing hackintosh on my virtual machine. I bought early 2014 13″ Macbook Air and that’s the only model right? preinstalled with maverick.
Working on mac is bit different than PC hardware especially keyboard. I need to learn how to operate it, it’s not simple really. CTRL ALT HOME END are my friends in last 20 years and you didn’t find a backspace button on its keyboard. I was amazed with this keyboard layout but at last I know how to operate them. The most use button is command key represent by this symbol ⌘. That button is a great friend and pressed every time.
Now, about trackpad operation. I have Lenovo and its trackpad mimicking Mac trackpad but it’s only scroll. In Mac, trackpad operation represent as shortcut for almost desktop operation, not only for scrolling. Moving between desktop, showing desktop, switching between apps are very comfortable. It’s just amazing feature.
Macbook air use Intel processor and it’s possible to use Windows over Mac platform. Apple facilitate dual booting by Boot Camp. Honestly, when I installed Windows 8.1 I was disappointed because all goodness I’ve got on Mac OS X are gone. Display brightness is very low and the sound become quiet. I was planned to use Windows 8.1 to present .NET apps to clients when needed but I decided to not use it because it will eat too much space in very limited SSD storage.
Overall, I am pleased owning a mac.
TLDR, Internet dan Net-etiket
Sudah sekian lama saya tidak menulis dalam Bahasa Indonesia dan saya mulai tergelitik dengan kehidupan internet yang berjalan di Indonesia. Setiap orang punya pandangan masing – masing dan saya juga punya pandangan mengenai internet dan manfaatnya. Internet dahulu adalah tempat yang menyenangkan dan tempat yang menjadikan setiap orang duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi. Internet adalah pisau, di satu sisi digunakan untuk hal baik dan di sisi lain digunakan untuk hal yang buruk. Analogi ini menggambarkan tentang bagaimana seseorang memperlakukan atau menggunakan internet demi kepentingannya.
Saya akan membuka sekilas pengalaman pribadi saya. Saya mengenal internet ketika sebagian anda mungkin masih balita atau baru lahir atau bahkan belum ditentukan takdirnya di dunia ini. Sebagian dari anda masih menggunakan mesin ketik dan belum mengenal yang namanya komputer karena komputer pada jaman itu adalah barang yang sangat – sangat mahal. Begitu juga Internet pada jaman dulu adalah hal yang mewah dan untuk mengakses membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Saya mengenal internet pada tahun 1995, internet untuk komersil pada saat itu masih balita.
ISP (Internet Sevice Provider) yang dulu dipakai banyak orang secara komersil adalah WasantaraNet, IndoNet, dan CBN melalui dial-up dengan kecepatan yang jauh dari modem GSM/CDMA anda, yaitu 14.4kbps. Sedangkan LinkNet (bagian dari FirstMedia sekarang) dan TelkomNet Instan datang paling bontot. Dial-up menggunakan jalur telpon dan perlu adanya proses negosisasi yang dikenal dengan nama HandShaking. Seiring waktu berkembang 36kbps, 56kbps, 128kbps dan akhir masuk broadband yaitu 256kbps ke atas. Jika anda tahu hal yang sama, besar kemungkinan anda seumur saya atau lebih senior dari saya.
Dulu orang berinternet untuk bertemu di dunia maya terutama chatting dan forum, mencari MIDI, membaca berita dan membuat website di GeoCities. Search engine Google pada saat itu pun belum ada. Pemimpin pasar search engine saat itu adalah Yahoo dan Altavista. Social media? tidak ada sama sekali. Orang saling berkunjung website dan meninggalkan pesan di guestbook adalah yang sangat menyenangkan. Friendster pun sempat menjadi tempat yang menyenangkan.
Karena sudah tahu bahwa nantinya akan berkembang pesat maka orang – orang saat itu mengenalkan netiquette atau net-etiket. Saling menghargai seperti layaknya di dunia nyata, jauh sebelum adanya UU ITE. ISP waktu itu menekankan untuk membaca net-etiket di website portal mereka dan ini adalah code of conduct sebelum masuk ke internet, karena waktu itu sekali lagi internet adalah barang baru di negeri ini.
Saya tidak berhasil menemukan dokumen net-etiket tersebut karena harddisk IDE sudah jebol namun saya ingat ada satu dokumen yang dikenal dengan RFC (Request For Comment) dengan nomor 1855 dan masih dalam berbahasa inggris. Ada satu paragraph yang menjadi garis besar:
A good rule of thumb: Be conservative in what you send and
liberal in what you receive. You should not send heated messages
(we call these “flames”) even if you are provoked. On the other
hand, you shouldn’t be surprised if you get flamed and it’s
prudent not to respond to flames.
Pada intinya lebih baik tidak mengirimkan pesan – pesan yang akan menimbulkan konflik dan sebisa mungkin tidak membalas pesan panas dengan mengabaikan atau menyembunyikan pesan tersebut.
Newsgroup/Mailing List dengan Social Media modern sebenarnya tidak ada bedanya. Sebagai gambaran, kita membuat kanal kita sendiri kemudian kita di invite teman ke kanal dia, otomatis teman kita masuk ke kanal kita. Orang yang berada di kanal kita, otomatis orang – orang bisa membaca pesan kita yang kita poskan.
Kasus seperti Dinda dan Florence adalah bahan renungan tentang bagaimana kita memanfaatkan pisau yang ada. Media sosial kita sudah menjadi tempat yang hiruk pikuk (noise) terutama pada saat pemilihan presiden, saya tidak bisa membendung hasrat orang – orang yang mempunyai kepentingan terhadap event tersebut namun saya punya kemampuan untuk mengontrol mereka di kanal saya.
Menghapus koneksi di media sosial hanya membutuhkan sekian detik tapi media sosial saat ini sudah memiliki fitur elegan dengan memblok posting dari orang yang tidak kita inginkan tanpa harus memutuskan koneksi.
Saya berharap bisa menjadi bagian untuk membangun internet sebagai tempat yang menyenangkan kembali. Semoga :). Salam!.
Why choose Debian over Ubuntu as a production server
Linux OS Based distribution is very subjective matter according to personal taste. In most case we are uncertain to choose “right” distribution because there’s pro and cons over the internet. I will cover the reason why choose Debian for a server while it sounded subjective. I am not talking about desktop environment, Ubuntu wins down.
Ubuntu Server is one of several sub distribution from Ubuntu family. It’s easy to use and many people use it as OS for the Server. Debian is Ubuntu ancestor, literally. Debian could be as server OS too and have no distinctive category or purpose, Debian doesn’t have special built distribution for different purposes excluding Live CD. It’s only have one form, Debian Installer. That’s it.
It’s my time to move from Google services
I don’t hate them but they are too big and too broaden. Almost of my internet life depends on Google services and in short they have full integrated services but not only stop there, my daily life also depends on their operating system, Android. Google big data have everything what I am doing right now.
In old days I am using several internet service company which is make the internet more joyful. Discovering new thing is very fun and pleasing moment!.
What Google services I am using right now? This is the list :
- Android Operating System and all Google applications beneath it.
- Google Domain Name Service (DNS)
- Google Chrome
- Google Search
- Google Mail a.k.a GMail
- Google Analytics
- Google Webmaster
- Google Wallet
- Google Plus
- Google Apps Free for Custom Domain
- Google Docs
- Google Drive
- GTalk a.k.a Hangouts
- Google Maps
- Youtube
- Blogger a.k.a Blogspot
- Google AdSense
- Google AdWords
- Google PageSpeed
You may use Google services more than me. The migration process will be painful and slow in process but it’s time to move on. I will post alternative to Google service next time.
Power Steering Oil Runs Out
It was ordinary Saturday morning very calm and easy. A routine task to open my Peugeot 406 D8/MK 1 bonnet, seeing if power steering oil still on good level. I was terrifying knowing the container is empty. It was uncomfortable situation, my emotion mixed up and worried about the power steering system.
Power steering is a complicated system on a car, it connects to many parts and most them are ridiculously expensive such as power steering pump and rack pinion. I already know my power steering system have small leaks and I should maintain the oil to good level. I was using STP power steering oil to make up the shortfall. In the night before, I was heard a poping sound. It’s quite common to hear plastic bottles crushed on the road but I didn’t realize that the hose was poped until I check power steering level.